• Home
  • About
twitter instagram Email

CONFINEMENT


pagi ini aku tidak punya gelas bersih
untuk menyeduh kopi

di meja kerja,
di atas kulkas,
di dekat sofa,
wangi dan ampas kopi
bersarang dalam gelas-gelas kotor

air mendidih dua menit lagi
kubilas cepat-cepat ampas dan gelas
agar larut semua carut marut
yang (bisa) terbuang




hari ini aku punya kencan pertama
yang kesekian kali

ke bioskop,
lalu makan siang,
kemudian minum kopi,
agar jantungku berdegup kencang
lalu bisa pura-pura jatuh hati

"terima kasih untuk hari ini"
maaf, tapi aku sudah lupa namamu
sejak makan siang tadi

aku terbiasa membawa hanya satu nama
yang tidak bisa terbuang
sekalipun sudah dilarutkan dalam ampas kopi tadi pagi
di gelas-gelas yang kucuci
tiga hari sekali



Jatinangor, 17 Oktober 2018
ζ


-------------------------------------------------
freshly brewed coffee at @baladcoffee
taken with Lenovo S850 on 17/10/2018
edited with VSCO
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


saya adalah orang yang percaya bahwa tidak ada yang namanya pemberi harapan palsu, yang ada hanya mereka yang terlalu mudah jatuh cinta.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
yang lebih menakutkan dari pukul tiga pagi ditulis berdasarkan apa yang saya sadari akhir-akhir ini (rasanya memang semua tulisan saya seperti itu, sih). tapi bagi saya ini merupakan salah satu penyadaran yang membuat saya takjub. jadi, begini ceritanya.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

[trigger warning: this post implicitly talks about suicidal ideation and/or (general indication or symptoms of) depression. please refrain from reading the post if it's going to make you uncomfortable. please do take care of yourself, thank you!]
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
kalau diberikan pilihan lari ke hutan atau belok ke pantai, saya pilih hutan dalam sekejap. batas warna langit dan laut terlalu kabur dibandingkan kontras langit biru di atas hijau pepohonan. matahari juga bisa belajar bersinar dengan rendah hati di antara dahan-dahan pohon; ia mau menghormati tingginya gunung tempat akar-akar hutan beristirahat.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
last july i went to lombok; a short escape with complete members of my family. we were there when the first earthquake occured. thank god we were all fine. sadly, the island went through worse days later.

i'm keeping my memory of lombok as a beautiful, peaceful, tiny gem of an island.

-

from the sky




to the sea




to the forest

   


and its river

   


from when the sun stands

till it rests



may lombok heal in peace.



cheers,
ζ



------------------------------------------------------------------------
all photos were taken with Lenovo S850
all photos were edited with VSCO

28/07/2018
1. sky of desa sasak ende
2. sky of kuta mandalika beach

29/07/2018
3. part of pura batu bolong, senggigi
4. beach  waves in pura batu bolong, senggigi
5. forest in the foott of mount rinjani
6.  the side view of benang stokel waterfall
7&8. the river and its side near benang stokel waterfall
9. sun sets on senggigi beach
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
kamis 2 agustus kemarin ada wisuda. bagi saya wisuda selalu membawa dua: perayaan dan pelepasan. banyak pula, selain wisuda, hal-hal yang saya hadapi di minggu-minggu kemarin yang memaksa saya merasakan lagi riuhnya pertemuan dan getirnya perpisahan.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
kusembunyikan mataku dari matamu.

mereka hanya berisi ngarai perpisahan yang menganga lebar.
akan terlalu terjal jatuhku jika sampai di tepi jurangnya
dan tak akan kuat kau menangkapku di bawah sana.

kau sembunyikan matamu dari mataku.

mereka menampung ketidaksesuaian jalan.
aku lari ke hutan dan kau langsung belok ke lautan.
sulit bertemu kalau kita berdiam di tanah kemarau yang sukar hujan.

pasang mata yang saling menyembunyikan;

kadang mereka hanya terlalu berat menahan hal-hal yang sulit diikhlaskan,
seperti memori yang mati dalam riuh sepi
dan masa depan yang kabur dalam senyap keramaian.


dan pasang mata yang akhirnya bertemu dalam paksaan
memang terasa berat saat harus menerima peran:

siapa yang akan meninggalkan

dan siapa yang akan ditinggalkan.



Jatinangor, 5 Agustus 2018
ζ




----------------------------------------------------------------------------------------
picture: my shoes (and plenty of others' traces) on senggigi beach's sand
taken with Lenovo S850 on 29/07/2018
edited with Microsoft Office Picture Manager

[baca: di belakang ep.2 - tinggal]
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
perang sendiri awalnya diberi judul rumah pengkhianat waktu. ia ditulis di bulan februari tahun ini; sebuah refleksi dari apa yang telah saya hadapi beberapa bulan, bahkan tahun, belakangan: saya menyadari bahwa waktu tidak sepenuhnya berjalan sendiri. ia membawa sekian banyak kewajiban dan tuntutan yang (seharusnya) dituntaskan.

rumah pengkhianat waktu adalah sebuah tempat fiksi sebagai simbol bagi kamar kos saya yang saya tinggali di jatinangor selama lima tahun. sebuah simbol bagi kenyamanan yang semu yang akhirnya membuat saya harus berperang melawan diri sendiri untuk bisa keluar dari kenyamanan tersebut dan menyadarkan diri akan banyaknya waktu yang sudah lewat dan betapa nyatanya hal-hal yang saya harus hadapi.




saya masih berjuang untuk lulus kuliah pada semester saya yang kesebelas. adik-adik tingkat datang dan kakak-kakak tingkat pergi, teman-teman bermain pun hilang dan berganti.

sejujurnya, rasanya tidak selalu buruk. saya belajar untuk menikmati semuanya sendiri.

koridor kos yang biasanya sibuk tiap hari pukul delapan pagi mendadak sepi pada bulan desember dan januari, pun agustus dan juli. kulkas milik bersama di lantai tiga jadi milik sendiri pada bulan-bulan tersebut. gerbang kos yang seharusnya ditutup tiap pukul sebelas malam hanya dibukakan untuk saya yang sering kelayapan sampai pagi. kecepatan internet menjadi semakin ideal untuk menonton puluhan video dalam daftar saya, mengabaikan deadline-deadline skripsi yang harus dikerjakan dan pertemuan dengan dosen yang dibatalkan.

saya sangat sadar dengan betapa cepatnya waktu berlari saat saya hanya berjalan santai untuk pergi membeli bahan makanan minggu ini (biasanya hanya terdiri dari mi instan dan biskuit). tapi sepi, tidak seperti sunyi, membuat lupa akan waktu. saya tidak benar-benar ingat apakah bahan makanan minggu ini benar habis dalam waktu seminggu atau sudah habis dua hari lalu. saya tidak pernah benar-benar ingat apa saya bangun terlalu pagi di hari selasa atau rabu.

baru kemudian saya sadar bahwa selain membuat lupa akan waktu, sepi dan sendiri membuat lupa akan semua urusan yang seharusnya saya selesaikan saat waktu sedang sibuk berjalan.

saya masih berjuang untuk lulus kuliah pada semester saya yang kesebelas. adik-adik tingkat datang dan kakak-kakak tingkat pergi, teman-teman bermain pun hilang dan berganti.

ternyata, rasanya seburuk ini. saya hampir kehilangan diri sendiri.

-

sekitar bulan oktober, saya akhirnya memulai kembali skripsi saya yang saya abaikan hampir setahun. bulan desember dan januari kemudian menjadi bulan-bulan terberat bagi saya dan kesehatan mental saya. kemudian februari hingga bulan ini--terima kasih, tuhan--saya kini sudah mampu menyibukkan diri dengan skripsi dan meramaikan diri dengan menghadirkan teman-teman di sekitar saya setiap hari.

saya terkadang memberi kesempatan untuk menikmati waktu saya menyepi. tapi kini saya tidak lagi hanya bersantai ditawan waktu di rumah saya sendiri, saya kini ikut berperang.

semoga kalian tidak dikhianati waktu dan diri sendiri, sekarang maupun nanti.


cheers,
ζ



[baca: perang sendiri] 
----------------------------------------------------------------------------
picture: kamar kos 311
taken with Lenovo S850 on 3/5/2018
edited with KujiCam and Microsoft Office Picture Manager
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
ketika karya saya dilepas ke publik, maka ia tidak lagi menjadi milik saya seutuhnya. di dalam tiap kepala penikmatnya, karya-karya tersebut akan menemukan rumahnya sendiri dan bertumbuh sendiri dengan dipupuk ide masing-masing penikmatnya. apa yang saya miliki dari karya saya tetap milik saya, namun kalian bisa ikut memilikinya.

saya termasuk bagian dari mereka yang selalu cemas dan gelisah ketika mempublikasikan karya sendiri. dibandingkan dengan respon negatif, saya lebih cemas bahwa karya saya tidak mampu memunculkan respon apapun. bagi saya, tiap tulisan saya harus mampu menyentuh penikmatnya; membuat orang lain merasa dan atau memikirkan sesuatu karena tulisan saya.

karena hal itu saya selalu bersemangat membahas karya saya dengan orang lain. keingintahuan saya tentang apa yang mereka rasakan dan atau pikirkan setelah membacanya terasa seperti roda-roda yang mendorong saya untuk tetap menulis. penghayatan penikmat tulisan menjadi sebuah hadiah bagi saya setelah memberanikan diri berbagi tulisan saya.


tak jarang saya justru menceritakan secara gamblang apa yang terjadi di belakang tulisan tersebut: apa yang saya maksud dari tiap larik yang saya tulis, apa yang saya rasakan sampai rasa tersebut berubah jadi kata, mengapa saya memilih kata yang saya gunakan, apa pemikiran yang mendasari tulisan tersebut, dan seterusnya.

hal-hal inilah yang akan saya lakukan pada tiap episode di belakang: saya menceritakan apa yang terjadi di belakang tulisan saya. di belakang akan hadir beberapa hari setelah karya saya dipublikasikan di sini. tentu akan ada pengecualian di suatu waktu nanti ketika saya hanya mampu membagikan karya yang sifatnya personal, namun cerita di belakangnya belum siap untuk saya bagi.

bukan maksud saya untuk memaksakan makna karya saya kepada pembaca lewat seri di belakang. seperti yang saya utarakan, saya sangat percaya bahwa interpretasi karya adalah hak penikmat. di belakang hanya bermaksud berbagi sudut pandang. sebuah bonus jika apa yang saya ceritakan dapat membuat kalian memunculkan penghayatan lain tanpa menghilangkan apa yang sebelumnya sudah dimaknakan. sebuah bonus lebih besar jika kalian mau membagi apa yang kalian maknakan kepada saya 😊

semoga apa yang saya bagikan lewat seri di belakang membawa lebih banyak hal baik, bagi saya dan bagi pembaca. sampai bertemu di di belakang: ep. 1 - perang sendiri.


cheers,
ζ


-------------------------------------
picture: kiara payung
taken with Lenovo S850 on 28/8/2016
edited with VSCO
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

aku bercengkrama dengan sepi. temanku ketika aku membuat mi instan pada dini hari adalah denting panci beradu dengan garpu dan selop rumah menggesek lantai keramik yang pecah sejak dua bulan lalu. aku bercakap lewat monolog tidak lucu pelawak di acara televisi dan menangis karena dokumenter akhir pekan menampilkan gajah yang diburu manusia dan mati, kemudian gadingnya habis dicuri. gelap kamarku sebelum aku menutup mata dan hari selalu menawarkan orkestra megah jangkrik dan kodok di sebuah konser di taman depan rumah.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

tidak ada detak detik jarum jam mengejar satu sama lain seperti anak sd yang pulang sekolah berlarian di bawah matahari. tidak ada detak detik yang bergema ketika aku terlentang di sofa menonton laba-laba membuat sarang di ujung ruangan sembari mencoba menguraikan kusut benang di pojok pikiran. aku tidak pernah merasa dimarahi karena membuang waktu setiap jarum pendek berpindah angka; layaknya pria dan wanita yang tidak bisa setia barang satu bulan saja.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

aku melindungi segenap isinya dari tangan waktu dengan mempertaruhkan nyawa. namun mereka semua pembelot dan pengkhianat. dua bungkus mi instan terakhirku kedaluwarsa lima hari lalu dan semut sudah membangun rumah di celah lantai keramik yang pecah. pelawak tidak lucu yang kutunggu di televisi sudah meninggal seminggu lalu dan sarang laba-laba sudah menangkap tiga lalat malang di ujung ruangan. ujung kusut pikiranku belum kutemukan.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

sebuah benteng pertahanan dari gencatan waktu.


aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding namun ia punya cermin di atas wastafel dalam kamar mandi.

aku berkaca, namun kulihat rambutku sudah lebih panjang dua senti, pipiku tirus sekali, dan mataku tampak mati. diriku tidak bisa lagi kukenali. jejak kaki waktu berserakan pada mata, kuku, dan gigi.


aku dikhianati
diriku sendiri.


Jatinangor, 20 Februari 2018
ζ

---------------------------------------------
picture: kamar kos 311
taken with Lenovo S850 on 3/5/2018
edited with KujiCam

[baca: di belakang ep.1 - perang sendiri]
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
ideas are wild.

they swim across your mind ceaselessly; bad or pleasant, imaginative or reflective, of present or future.

writing, for me, is one of the ways of taming ideas; picking them one by one, linking them together, and grounding them in letters instead of letting them roam dangerously inside your head.
the process of converting ideas to written words is never easy. ideas hold such great depth and power within them and finding words that manage to portray that kind of intensity is an intricate job only human can do.

that makes writing, for me, an attempt of being a complete human.
i write, i create, thus i exist. i establish myself by arranging my thoughts and ideas; i live through writing them all down. writing immortalizes you and all the things that make you human: your view, your feelings, your memories, your wishes. if i write, though my body is decaying, my ideas will be mummified within my words. i never cease to exist in written works of my thoughts.



i genuinely hope that my ideas and my words presented here are to be treasured, whether now or many, many years later.

i start this blog to document my (most of them are written) works and life. may they be as enjoyable to read as much as i enjoy writing them. and may this run for a long time, and with as much fervor as i begin with.

cheers,
ζ
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts

hello

Zetta, 23

I write, therefore I am.

find me

  • twitter
  • instagram

tags

  • writing (9)
  • di belakang (8)
  • poem (7)
  • a day in life (4)
  • prose (4)
  • english (3)
  • ke depan (2)
  • photo (2)
  • instagram (1)
  • short story (1)

recent posts

archive

  • ►  2019 (11)
    • ►  Oct 2019 (1)
    • ►  Sep 2019 (1)
    • ►  Aug 2019 (1)
    • ►  Apr 2019 (2)
    • ►  Mar 2019 (4)
    • ►  Feb 2019 (2)
  • ▼  2018 (14)
    • ▼  Oct 2018 (2)
      • ampas
      • di belakang: ep.5 - layang-layang
    • ►  Sep 2018 (4)
      • di belakang: ep.4 - yang lebih menakutkan dari puk...
      • layang-layang
      • yang lebih menakutkan dari pukul tiga pagi
      • di belakang: ep.3 - menang
    • ►  Aug 2018 (5)
      • menang
      • lombok
      • di belakang: ep.2 - tinggal
      • tinggal
      • di belakang: ep.1 - perang sendiri
    • ►  Jul 2018 (3)
      • di belakang: ep. 0
      • perang sendiri
      • attempt on being an immortal

this week's favs

  • di belakang: ep.1 - perang sendiri
  • attempt on being an immortal
  • ke depan: ep. 0
  • (another) attempt on being an immortal
  • bulan yang hanya punyaku [1]

Created with by ThemeXpose