di belakang: ep.3 - menang

by - 6:00:00 PM

kalau diberikan pilihan lari ke hutan atau belok ke pantai, saya pilih hutan dalam sekejap. batas warna langit dan laut terlalu kabur dibandingkan kontras langit biru di atas hijau pepohonan. matahari juga bisa belajar bersinar dengan rendah hati di antara dahan-dahan pohon; ia mau menghormati tingginya gunung tempat akar-akar hutan beristirahat.


jadi ketika saya diajak untuk pertama kalinya naik gunung, diiming-imingi pemandangan bandung dari ketinggian dan udara sejuk di antara hutan lebat dan teman-teman yang berpengalaman dan bisa diandalkan, saya setuju.

tapi di satu per lima jalur perjalanan naik gunung, saya menyesal telah setuju.

bukan karena iming-iming tidak terpenuhi, tapi lebih kepada mengapa saya repot-repot setuju kalau saya pada akhirnya hanya jadi beban tambahan bagi teman-teman.

saya bukan orang yang rutin berolahraga. kebiasaan dan gaya hidup saya tidak bisa dibilang sehat. jadi fisik saya yang lemah terpaksa jadi beban tambahan bagi teman-teman sekelompok: tas saya harus dibawakan dan langkah yang diambil jadi jauh lebih pelan. dari target kami yang hanya dua sampai tiga jam, akhirnya perjalanan kami menghabiskan waktu lebih dari empat jam.

-

memalukan sekali saat semua orang bisa melangkah tanpa keluhan walau beban yang mereka bawa jauh lebih berat dari saya. enggan rasanya merelakan tas saya dibawakan mereka bergantian. saya merasa payah. saya lemah sekali terdengar di dalam kepala; berdengung di tiap langkah yang saya ambil. hanya ketika saya sudah sampai di puncak suara tersebut berhenti sementara, karena hanya ada hal-hal baik yang terjadi setelahnya.

kami sampai di puncak pada malam hari. walau udara dingin sekali dan hanya ada kabut di sekitar tenda, bahkan api unggun saja tidak ada, toh makanan seadanya dan obrolan dini hari ternyata terbukti lebih mampu menghangatkan dari panas api.

kemudian, keesokan pagi sebelum turun gunung, saya mendengar hal yang paling menenangkan dari seorang teman untuk saya.

"hebat, kok. baru pertama kali naik gunung bisa langsung sampai puncak. manglayang lagi."

-

kemudian di perjalanan turun saya mendapati diri banyak berpikir. untungnya kali ini lebih jernih.

yang saya sering dengar dari teman-teman, bahwa naik gunung sebenarnya adalah melawan diri sendiri, memang benar adanya. menerima kelemahan dan kekalahan, merendahkan hati dan meminta bantuan, mengakui kelelahan dan memerlukan rehat singkat, semuanya butuh kemampuan menekan tinggi hati demi kebaikan yang lebih lagi.

hari itu saya semakin sadar bahwa memang dibutuhkan kekuatan untuk mengakui kelemahan.
ketika saya diajak untuk pertama kalinya naik gunung, saya setuju. walau perjalanan naik sama sekali bukan hal yang mudah, sekarang tidak lagi ada penyesalan. saya bersyukur saya memutuskan untuk setuju.

karena pada hari itu, saya berhasil melawan kelemahan dan kesombongan saya,

dan saya menang atasnya.



cheers,
ζ


[baca: menang]

You May Also Like

0 comments