• Home
  • About
twitter instagram Email

CONFINEMENT



I used to have a locked place designed only for two and there were people going in and out, knocking the door and closing the room.

I let them.

I let you.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

[trigger warning: this post implicitly talks about suicidal ideation and/or (general indication or symptoms of) depression. please refrain from reading the post if it's going to make you uncomfortable. please do take care of yourself, thank you!]
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
kusembunyikan mataku dari matamu.

mereka hanya berisi ngarai perpisahan yang menganga lebar.
akan terlalu terjal jatuhku jika sampai di tepi jurangnya
dan tak akan kuat kau menangkapku di bawah sana.

kau sembunyikan matamu dari mataku.

mereka menampung ketidaksesuaian jalan.
aku lari ke hutan dan kau langsung belok ke lautan.
sulit bertemu kalau kita berdiam di tanah kemarau yang sukar hujan.

pasang mata yang saling menyembunyikan;

kadang mereka hanya terlalu berat menahan hal-hal yang sulit diikhlaskan,
seperti memori yang mati dalam riuh sepi
dan masa depan yang kabur dalam senyap keramaian.


dan pasang mata yang akhirnya bertemu dalam paksaan
memang terasa berat saat harus menerima peran:

siapa yang akan meninggalkan

dan siapa yang akan ditinggalkan.



Jatinangor, 5 Agustus 2018
ζ




----------------------------------------------------------------------------------------
picture: my shoes (and plenty of others' traces) on senggigi beach's sand
taken with Lenovo S850 on 29/07/2018
edited with Microsoft Office Picture Manager

[baca: di belakang ep.2 - tinggal]
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

aku bercengkrama dengan sepi. temanku ketika aku membuat mi instan pada dini hari adalah denting panci beradu dengan garpu dan selop rumah menggesek lantai keramik yang pecah sejak dua bulan lalu. aku bercakap lewat monolog tidak lucu pelawak di acara televisi dan menangis karena dokumenter akhir pekan menampilkan gajah yang diburu manusia dan mati, kemudian gadingnya habis dicuri. gelap kamarku sebelum aku menutup mata dan hari selalu menawarkan orkestra megah jangkrik dan kodok di sebuah konser di taman depan rumah.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

tidak ada detak detik jarum jam mengejar satu sama lain seperti anak sd yang pulang sekolah berlarian di bawah matahari. tidak ada detak detik yang bergema ketika aku terlentang di sofa menonton laba-laba membuat sarang di ujung ruangan sembari mencoba menguraikan kusut benang di pojok pikiran. aku tidak pernah merasa dimarahi karena membuang waktu setiap jarum pendek berpindah angka; layaknya pria dan wanita yang tidak bisa setia barang satu bulan saja.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

aku melindungi segenap isinya dari tangan waktu dengan mempertaruhkan nyawa. namun mereka semua pembelot dan pengkhianat. dua bungkus mi instan terakhirku kedaluwarsa lima hari lalu dan semut sudah membangun rumah di celah lantai keramik yang pecah. pelawak tidak lucu yang kutunggu di televisi sudah meninggal seminggu lalu dan sarang laba-laba sudah menangkap tiga lalat malang di ujung ruangan. ujung kusut pikiranku belum kutemukan.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

sebuah benteng pertahanan dari gencatan waktu.


aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding namun ia punya cermin di atas wastafel dalam kamar mandi.

aku berkaca, namun kulihat rambutku sudah lebih panjang dua senti, pipiku tirus sekali, dan mataku tampak mati. diriku tidak bisa lagi kukenali. jejak kaki waktu berserakan pada mata, kuku, dan gigi.


aku dikhianati
diriku sendiri.


Jatinangor, 20 Februari 2018
ζ

---------------------------------------------
picture: kamar kos 311
taken with Lenovo S850 on 3/5/2018
edited with KujiCam

[baca: di belakang ep.1 - perang sendiri]
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

hello

Zetta, 23

I write, therefore I am.

find me

  • twitter
  • instagram

tags

  • writing (9)
  • di belakang (8)
  • poem (7)
  • a day in life (4)
  • prose (4)
  • english (3)
  • ke depan (2)
  • photo (2)
  • instagram (1)
  • short story (1)

recent posts

archive

  • ▼  2019 (11)
    • ▼  Oct 2019 (1)
      • di belakang: ep. 7 - apa yang harus dilakukan sete...
    • ►  Sep 2019 (1)
    • ►  Aug 2019 (1)
    • ►  Apr 2019 (2)
    • ►  Mar 2019 (4)
    • ►  Feb 2019 (2)
  • ►  2018 (14)
    • ►  Oct 2018 (2)
    • ►  Sep 2018 (4)
    • ►  Aug 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (3)

this week's favs

  • di belakang: ep.1 - perang sendiri
  • di belakang: ep.6 - jurusan jakarta-sumedang
  • di belakang: ep.2 - tinggal
  • di belakang: ep.5 - layang-layang
  • ampas

Created with by ThemeXpose