• Home
  • About
twitter instagram Email

CONFINEMENT

ketika karya saya dilepas ke publik, maka ia tidak lagi menjadi milik saya seutuhnya. di dalam tiap kepala penikmatnya, karya-karya tersebut akan menemukan rumahnya sendiri dan bertumbuh sendiri dengan dipupuk ide masing-masing penikmatnya. apa yang saya miliki dari karya saya tetap milik saya, namun kalian bisa ikut memilikinya.

saya termasuk bagian dari mereka yang selalu cemas dan gelisah ketika mempublikasikan karya sendiri. dibandingkan dengan respon negatif, saya lebih cemas bahwa karya saya tidak mampu memunculkan respon apapun. bagi saya, tiap tulisan saya harus mampu menyentuh penikmatnya; membuat orang lain merasa dan atau memikirkan sesuatu karena tulisan saya.

karena hal itu saya selalu bersemangat membahas karya saya dengan orang lain. keingintahuan saya tentang apa yang mereka rasakan dan atau pikirkan setelah membacanya terasa seperti roda-roda yang mendorong saya untuk tetap menulis. penghayatan penikmat tulisan menjadi sebuah hadiah bagi saya setelah memberanikan diri berbagi tulisan saya.


tak jarang saya justru menceritakan secara gamblang apa yang terjadi di belakang tulisan tersebut: apa yang saya maksud dari tiap larik yang saya tulis, apa yang saya rasakan sampai rasa tersebut berubah jadi kata, mengapa saya memilih kata yang saya gunakan, apa pemikiran yang mendasari tulisan tersebut, dan seterusnya.

hal-hal inilah yang akan saya lakukan pada tiap episode di belakang: saya menceritakan apa yang terjadi di belakang tulisan saya. di belakang akan hadir beberapa hari setelah karya saya dipublikasikan di sini. tentu akan ada pengecualian di suatu waktu nanti ketika saya hanya mampu membagikan karya yang sifatnya personal, namun cerita di belakangnya belum siap untuk saya bagi.

bukan maksud saya untuk memaksakan makna karya saya kepada pembaca lewat seri di belakang. seperti yang saya utarakan, saya sangat percaya bahwa interpretasi karya adalah hak penikmat. di belakang hanya bermaksud berbagi sudut pandang. sebuah bonus jika apa yang saya ceritakan dapat membuat kalian memunculkan penghayatan lain tanpa menghilangkan apa yang sebelumnya sudah dimaknakan. sebuah bonus lebih besar jika kalian mau membagi apa yang kalian maknakan kepada saya 😊

semoga apa yang saya bagikan lewat seri di belakang membawa lebih banyak hal baik, bagi saya dan bagi pembaca. sampai bertemu di di belakang: ep. 1 - perang sendiri.


cheers,
ζ


-------------------------------------
picture: kiara payung
taken with Lenovo S850 on 28/8/2016
edited with VSCO
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

aku bercengkrama dengan sepi. temanku ketika aku membuat mi instan pada dini hari adalah denting panci beradu dengan garpu dan selop rumah menggesek lantai keramik yang pecah sejak dua bulan lalu. aku bercakap lewat monolog tidak lucu pelawak di acara televisi dan menangis karena dokumenter akhir pekan menampilkan gajah yang diburu manusia dan mati, kemudian gadingnya habis dicuri. gelap kamarku sebelum aku menutup mata dan hari selalu menawarkan orkestra megah jangkrik dan kodok di sebuah konser di taman depan rumah.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

tidak ada detak detik jarum jam mengejar satu sama lain seperti anak sd yang pulang sekolah berlarian di bawah matahari. tidak ada detak detik yang bergema ketika aku terlentang di sofa menonton laba-laba membuat sarang di ujung ruangan sembari mencoba menguraikan kusut benang di pojok pikiran. aku tidak pernah merasa dimarahi karena membuang waktu setiap jarum pendek berpindah angka; layaknya pria dan wanita yang tidak bisa setia barang satu bulan saja.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

aku melindungi segenap isinya dari tangan waktu dengan mempertaruhkan nyawa. namun mereka semua pembelot dan pengkhianat. dua bungkus mi instan terakhirku kedaluwarsa lima hari lalu dan semut sudah membangun rumah di celah lantai keramik yang pecah. pelawak tidak lucu yang kutunggu di televisi sudah meninggal seminggu lalu dan sarang laba-laba sudah menangkap tiga lalat malang di ujung ruangan. ujung kusut pikiranku belum kutemukan.

aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding.

sebuah benteng pertahanan dari gencatan waktu.


aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil tanpa jam dinding namun ia punya cermin di atas wastafel dalam kamar mandi.

aku berkaca, namun kulihat rambutku sudah lebih panjang dua senti, pipiku tirus sekali, dan mataku tampak mati. diriku tidak bisa lagi kukenali. jejak kaki waktu berserakan pada mata, kuku, dan gigi.


aku dikhianati
diriku sendiri.


Jatinangor, 20 Februari 2018
ζ

---------------------------------------------
picture: kamar kos 311
taken with Lenovo S850 on 3/5/2018
edited with KujiCam

[baca: di belakang ep.1 - perang sendiri]
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
ideas are wild.

they swim across your mind ceaselessly; bad or pleasant, imaginative or reflective, of present or future.

writing, for me, is one of the ways of taming ideas; picking them one by one, linking them together, and grounding them in letters instead of letting them roam dangerously inside your head.
the process of converting ideas to written words is never easy. ideas hold such great depth and power within them and finding words that manage to portray that kind of intensity is an intricate job only human can do.

that makes writing, for me, an attempt of being a complete human.
i write, i create, thus i exist. i establish myself by arranging my thoughts and ideas; i live through writing them all down. writing immortalizes you and all the things that make you human: your view, your feelings, your memories, your wishes. if i write, though my body is decaying, my ideas will be mummified within my words. i never cease to exist in written works of my thoughts.



i genuinely hope that my ideas and my words presented here are to be treasured, whether now or many, many years later.

i start this blog to document my (most of them are written) works and life. may they be as enjoyable to read as much as i enjoy writing them. and may this run for a long time, and with as much fervor as i begin with.

cheers,
ζ
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts

hello

Zetta, 23

I write, therefore I am.

find me

  • twitter
  • instagram

tags

  • writing (9)
  • di belakang (8)
  • poem (7)
  • a day in life (4)
  • prose (4)
  • english (3)
  • ke depan (2)
  • photo (2)
  • instagram (1)
  • short story (1)

recent posts

archive

  • ►  2019 (11)
    • ►  Oct 2019 (1)
    • ►  Sep 2019 (1)
    • ►  Aug 2019 (1)
    • ►  Apr 2019 (2)
    • ►  Mar 2019 (4)
    • ►  Feb 2019 (2)
  • ▼  2018 (14)
    • ►  Oct 2018 (2)
    • ►  Sep 2018 (4)
    • ►  Aug 2018 (5)
    • ▼  Jul 2018 (3)
      • di belakang: ep. 0
      • perang sendiri
      • attempt on being an immortal

this week's favs

  • di belakang: ep.1 - perang sendiri
  • attempt on being an immortal
  • ke depan: ep. 0
  • (another) attempt on being an immortal
  • bulan yang hanya punyaku [1]

Created with by ThemeXpose