last july i went to lombok; a short escape with complete members of my family. we were there when the first earthquake occured. thank god we were all fine. sadly, the island went through worse days later.
i'm keeping my memory of lombok as a beautiful, peaceful, tiny gem of an island.
-
from the sky
to the sea
to the forest
and its river
from when the sun stands
till it rests
may lombok heal in peace.
cheers,
ζ
------------------------------------------------------------------------
all photos were taken with Lenovo S850
all photos were edited with VSCO
28/07/2018
1. sky of desa sasak ende
2. sky of kuta mandalika beach
29/07/2018
3. part of pura batu bolong, senggigi
4. beach waves in pura batu bolong, senggigi
5. forest in the foott of mount rinjani
6. the side view of benang stokel waterfall
7&8. the river and its side near benang stokel waterfall
9. sun sets on senggigi beach
kamis 2 agustus kemarin ada wisuda. bagi saya wisuda selalu membawa dua: perayaan dan pelepasan. banyak pula, selain wisuda, hal-hal yang saya hadapi di minggu-minggu kemarin yang memaksa saya merasakan lagi riuhnya pertemuan dan getirnya perpisahan.
kusembunyikan mataku dari matamu.
mereka hanya berisi ngarai perpisahan yang menganga lebar.
akan terlalu terjal jatuhku jika sampai di tepi jurangnya
dan tak akan kuat kau menangkapku di bawah sana.
kau sembunyikan matamu dari mataku.
mereka menampung ketidaksesuaian jalan.
aku lari ke hutan dan kau langsung belok ke lautan.
sulit bertemu kalau kita berdiam di tanah kemarau yang sukar hujan.
pasang mata yang saling menyembunyikan;
kadang mereka hanya terlalu berat menahan hal-hal yang sulit diikhlaskan,
seperti memori yang mati dalam riuh sepi
dan masa depan yang kabur dalam senyap keramaian.
dan pasang mata yang akhirnya bertemu dalam paksaan
memang terasa berat saat harus menerima peran:
siapa yang akan meninggalkan
dan siapa yang akan ditinggalkan.
Jatinangor, 5 Agustus 2018
ζ
----------------------------------------------------------------------------------------
picture: my shoes (and plenty of others' traces) on senggigi beach's sand
taken with Lenovo S850 on 29/07/2018
edited with Microsoft Office Picture Manager
perang sendiri awalnya diberi judul rumah pengkhianat waktu. ia ditulis di bulan februari tahun ini; sebuah refleksi dari apa yang telah saya hadapi beberapa bulan, bahkan tahun, belakangan: saya menyadari bahwa waktu tidak sepenuhnya berjalan sendiri. ia membawa sekian banyak kewajiban dan tuntutan yang (seharusnya) dituntaskan.
rumah pengkhianat waktu adalah sebuah tempat fiksi sebagai simbol bagi kamar kos saya yang saya tinggali di jatinangor selama lima tahun. sebuah simbol bagi kenyamanan yang semu yang akhirnya membuat saya harus berperang melawan diri sendiri untuk bisa keluar dari kenyamanan tersebut dan menyadarkan diri akan banyaknya waktu yang sudah lewat dan betapa nyatanya hal-hal yang saya harus hadapi.
saya masih berjuang untuk lulus kuliah pada semester saya yang kesebelas. adik-adik tingkat datang dan kakak-kakak tingkat pergi, teman-teman bermain pun hilang dan berganti.
sejujurnya, rasanya tidak selalu buruk. saya belajar untuk menikmati semuanya sendiri.
koridor kos yang biasanya sibuk tiap hari pukul delapan pagi mendadak sepi pada bulan desember dan januari, pun agustus dan juli. kulkas milik bersama di lantai tiga jadi milik sendiri pada bulan-bulan tersebut. gerbang kos yang seharusnya ditutup tiap pukul sebelas malam hanya dibukakan untuk saya yang sering kelayapan sampai pagi. kecepatan internet menjadi semakin ideal untuk menonton puluhan video dalam daftar saya, mengabaikan deadline-deadline skripsi yang harus dikerjakan dan pertemuan dengan dosen yang dibatalkan.
saya sangat sadar dengan betapa cepatnya waktu berlari saat saya hanya berjalan santai untuk pergi membeli bahan makanan minggu ini (biasanya hanya terdiri dari mi instan dan biskuit). tapi sepi, tidak seperti sunyi, membuat lupa akan waktu. saya tidak benar-benar ingat apakah bahan makanan minggu ini benar habis dalam waktu seminggu atau sudah habis dua hari lalu. saya tidak pernah benar-benar ingat apa saya bangun terlalu pagi di hari selasa atau rabu.
baru kemudian saya sadar bahwa selain membuat lupa akan waktu, sepi dan sendiri membuat lupa akan semua urusan yang seharusnya saya selesaikan saat waktu sedang sibuk berjalan.
saya masih berjuang untuk lulus kuliah pada semester saya yang kesebelas. adik-adik tingkat datang dan kakak-kakak tingkat pergi, teman-teman bermain pun hilang dan berganti.
ternyata, rasanya seburuk ini. saya hampir kehilangan diri sendiri.
-
sekitar bulan oktober, saya akhirnya memulai kembali skripsi saya yang saya abaikan hampir setahun. bulan desember dan januari kemudian menjadi bulan-bulan terberat bagi saya dan kesehatan mental saya. kemudian februari hingga bulan ini--terima kasih, tuhan--saya kini sudah mampu menyibukkan diri dengan skripsi dan meramaikan diri dengan menghadirkan teman-teman di sekitar saya setiap hari.
saya terkadang memberi kesempatan untuk menikmati waktu saya menyepi. tapi kini saya tidak lagi hanya bersantai ditawan waktu di rumah saya sendiri, saya kini ikut berperang.
semoga kalian tidak dikhianati waktu dan diri sendiri, sekarang maupun nanti.
cheers,
ζ
----------------------------------------------------------------------------
picture: kamar kos 311
taken with Lenovo S850 on 3/5/2018
edited with KujiCam and Microsoft Office Picture Manager